Sejarah telah menentukan dan masa selalu berputar terus, dengan keadaan pertikaian dunia yang mengakibatkan habisnya kekuasaan penjajah Belanda di bumi Nusantara ini, tetapi program bagi Pemerintah Kolonial/Penjajah tetap berjalan terus untuk mencapai anggaran untuk menghadapi Perang Dunia ke II. Pada waktu itu penduduk di Pulau Jawa sangat padat, maka oleh Pemerintah Penjajah Belanda diadakan pemindahan penduduk ke luar pulau Jawa yang istilahnya disebut transmigrasi, misal dipindah ke Borneo, Deli, dan Lampung. Tepat tanggal 31 Maret 1941 serombongan orang berjumlah 168 kk dan yang kedua kalinya pada tanggal 03 April 1941 sejumlah 50 kk, didatangkan dari pulau Jawa pada umumnya dari Daerah Wonogiri dan Kartosuro keresidenan Surakarta, oleh Pemerintah Belanda dengan sebutan Kolonisasi ke hutan pembukaan yang diberi urutan angka Bedeng Nomor 61.
Keadaan masih hutan rimba sehingga mereka takut melihat keadaan hutan yang sama sekali belum pernah manginjaknya. Bagaimanakah Kaadaan dan pikiran mereka pada waktu itu... ? pada mulanya tinggal di daerah yang ramai kumpul dengan keluarga besar, kemudian pindah ke daerah yang baru ditengah-tengah rimba raya yang belum ada persediaan untuk tempat tinggal, adanya hanya batang kayu yang besar-besar kemudian dasandari batang kayu yang kecil sebagai usuknya, kemudian ditumpangi daun-daun untuk atapnya, hanya sekedar untuk berteduh dan untuk tidur pada saat malam hari. Apalagi bila mendengar suara dengingang binatang buas antara lain harimau, beruang, gajah, serta binatang buas lainya, sehingga ada keluarganya yang merasa tidak kerasan dan secara langsung meminta kepada suaminya untuk kembali ke pulau Jawa, sebab selain binatang buas juga karena adanya serangan-serangan penyakit yang sangat berbahaya, apalagi setelah mulai bekerja ternyata terdapat pristiwa yang sangat mengerikan, misal pada saat menebang kayu besar ada yang tertimpa kayu tersebut, misal yang masih terkenang dalam cerita sesepuh desa seperti Bapak Karto meninggal tertimpa kayu, kemudian disusul lagi Bapak Trimo mati dimakan Harimau dan lain-lain kejadianmaupun rintangan yang sangat menyedihkan.
Tetapi dengan menggunakan tekad bulat dalam membuka hutan tersebut dibentuk menjadi tiga klompok yang dipimpin oleh :
- Kelompok I dipimpin oleh Bapak Sarkani ( alm )
- Kelompok II dipimpin oleh Bapak Reso ( alm )
- Kelompok III dipimpin oleh Bapak Joyo Zaenal ( alm )
Ketiga Bapak tersebut sudah tidak ada lagi wafat menunaikan tugasnya selaku ketua yang hakekatnya mengabdi kepada masyarakat dengan tidak disebut Pahlawan atau Kesatria, beliau ini dalam memimpin, membimbing, serta melindungi anak buahnya adalah dengan penuh rasa tanggung jawab walaupun menghadapi halangan ataupun rintangan lahir maupun batin. Tanah pembukaan itu dibagi kepada masyarakat dan setiap kk mendapat sebagian pekarangan seperenam bahu ( 30 x 40 m ) dan untuk ladang satu bahu ( 70 x 100 m ). Selanjutnya setelah terlaksana pembagian pekarangan dan perladangan keadaan berubah, oleh Pemerintah kolonisasi pembukaan lahan tersebut dibentuk satu desa dengan susunan Pamongnya, adapun nama Desa adalah WONOKARTO. Dalam pemberian nama Desa tersebut mengandung arti, karna Penduduknya berasal dari daerah Wonogiri dan Surakarta, jadi “ Wono “ diambil dari kata Wonogiri sedangkan “ Karto “ diambil dari kata Surakarta.
Untuk lebih jelasnya disini perlu kami uraikan dari tahun ke tahun Pamong desa Wonokarto sebagai berikut :
Kepala Desa / Lurah : Bapak Joyo Zaenal
Kamitua Dukuh Polos : Bapak Darso Pawiro
Kebayanan Dukuh Polos : - - - - -
Kamitua Dukuh A+B : Bapak Sastro
Kebayanan Dukuh A : Bapak Asmorejo
Kebayanan Dukuh B : Bapak Karso
Tahun 1942 – 1944
Keadaan Dunia memang tidak kekal dan abadi kesemuanya adalah pasti berubah mengikuti perkembangan selanjutnya. Terutama dengan perubahan yang mendadak adalah Pemerintah. Semula Pemerintah Belanda ke Pemerintah Militer Jepang, maka suasana pada waktu itu penduduk juga merasakan keadaan yang menyedihkan dan mengerikan, karena keadaan pecahnya Perang Dunia ke II , karena Pemerintah Jepang yang sangat kejam sehingga dapat dikatakan diluar batas kemanusiaan, sehingga masyarakat sebagian besar menjadi korban pemerasan. Dengan hal yang demikian maka masyarakat tertimpa bencana Paceklik atau kurang bahan makanan dan pakaian, maka timbulah musibah penyakit busung lapar ( H.O ) sehingga disana sini banyak orang mati kelaparan dan banyak yang pergi tanpa berfikir panjang, dan akibatnya penduduk Wonokarto yang dulunya terdaftar 218 kk menjadi kurang banyak, tetapi walaupun demikian Desa Wonokarto tetap bertahan sehingga banyak juga orang berbondong-bondong mengungsi pindah ke Desa Wonokarto, antara lain dari Desa Hargomulyo Nomor 66 C dan dari Desa Sumbersari Nomor 64 serta Nomor 65.
Dengan akibat demikianlah Pemerintah Desa juga mengalami perubahan sebagai berikut :
Kepala Desa / Lurah : Bapak Martawirja
Carik Desa : Bapak Prawiro Suyatno
Kamitua Dukuh Polos : Bapak Darso Pawiro
Kebayanan Dukuh Polos : - - - - -
Kamitua Dukuh A+B : Bapak Nalar
Kebayanan Dukuh A : Bapak Asmorejo
Kebayanan Dukuh B : Bapak Karso
Setelah akhir Perang Dunia II bangsa Indonesia telah terlepas dari cengkraman Pemerintah Jepang, maka timbulah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, disitulah masyarakat mulai membuka pintu gerbang serta terlepas dari cengkraman kaum penjajah. Namun demikian pada tahun 1948-1949 belanda masih ingin menjajah lagi ke bumi Indonesia sehingga menimbulkan peperangan melawan Belanda. Dengan adanya peperangan tersebut bangsa Indonesia tetap mempertahankan Bangsa dan Negaranya, sehingga masyarakat pada waktu itu ikut serta mempertahankan dan akibatnya menimbulkan pengorbanan penduduk Wonokarto ialah :
- Bp. Watir
- Bp. Koimin
- Bp. Sodimejo
- Bp. Sarno
Yang selanjutnya dimakamkan di Tempat Pemakamam Umum ( TPU ) Desa Wonokarto yang sampai saat ini masih diperingati sebagai Pahlawan. Pada tahun 1952 dengan perubahan situasi pemerintahan semakin aman dan semakin teratur, maka terpikirlah menyempurnakan penghidupan rakyat, pada waktu itulah Wonokarto mulai membuat saluran air untuk mencetak sawah walaupun baru mencapai 12 ha juga dalam pendidikanpun diutamakan dengan membuat Sekolahan Rakyat yang terletak di 61 B.
Pada waktu itu juga Pamong Desa mengalami perubahan sebagai berikut :
Kepala Desa / Lurah : Bapak Prawiro Suyatno
Carik Desa : Bapak Suparto
Kamitua Dukuh Polos : Bapak Darmo Sumarto
Kebayanan Dukuh Polos : Bapak Sastro Suyatno
Kamitua Dukuh A+B : Bapak Wigno Sumarno
Kebayanan Dukuh A : Bapak Martodimejo
Kebayanan Dukuh B : Bapak Kromo Suwito
Ili – ili : Bapak Mangun
Masa jabatan tersebut berakhir pada tahun 1956 selanjutnya mengalami perubahan kepamongan lagi sebagai berikut :
Tahun 1956 – 1964
Kepala Desa / Lurah : Bapak Sastro Suyatno
Carik Desa : Bapak Harun
Kamitua Dukuh Polos : Bapak Darmo Sumarto
Kebayanan Dukuh Polos : Bapak Amat Tabri
Kamitua Dukuh A+B : Bapak Marsum
Kebayanan Dukuh A : Bapak Martodiharjo
Kebayanan Dukuh B.I : Bapak Kromo Suwito
Kebayanan Dukuh B.II : Bapak Amatrejo
Ili – ili : Bapak Abdul Asri
Kemudian mengalami perubahan lagi :
Tahun 1964 - 1966
Kepala Desa / Lurah : Bapak Sastro Suyatno
Carik Desa : Bapak Achmad Muhyadi
Kamitua Dukuh Polos : Bapak Amat Tabri
Kebayanan Dukuh Polos : Bapak Samidi
Kamitua Dukuh A+B : Bapak Sawi Karso
Kebayanan Dukuh A : Bapak Martodiharjo
Kebayanan Dukuh B : Bapak Warsomo
Ili – ili I : Bapak Abdul Asri
Ili – ili II : Bapak Kariyo Semito
Kemudian pada pertengahan tahun 1966
Kepala Desa / Lurah : Bapak Slamet Basuki
Carik Desa : Bapak Achmad Muhyadi
Kamitua Dukuh Polos : Bapak Amat Tabri
Kebayanan Dukuh Polos : Bapak Dulah Muhajid
Kamitua Dukuh A+B : Bapak Sumitro
Kebayanan Dukuh A : Bapak Sukandar
Kebayanan Dukuh B : Bapak Warsomo
Pada tahun tersebut diatas adalah benar-benar merupakan ujian bagi segenap bangsa Indonesia yang ber-Pancasila dengan prolog. G.30 S-PKI hingga dihati rakyat terkoyak hancur. Berkat rahmad Tuhan Yang Maha Esa serta Pemerintah yang selalu waspada akhirnya PKI dapat dibersihkan sampai keakar-akarnya.
Dengan keadaan yang demikian ternyata terdapat beberapa pamong yang terlibat adanya prolog. G.30 S-PKI, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah mengadakan peremajaan Pamong Desa sampai dengan Pamong bawahanya yang menurut prosedurnya Pemerintah Daerah kabupaten Lampung Tengah adalah telah habis masa jabatanya, dan tujuan Pokok adalah penyegaran kembali petugas Pamong Desa/Pemerintah Desa, demi maju pesatnya Pemerintah Desa khususnya dan Pembangunan pada umumnya. Sambil menunggu terealisasinya pemilihan pamong desa/kepala kampung, maka diadakan pejabat sementara kepala kampung, ialah Bapak Dalam Jupri ( Pamong Praja Kecamatan ) pada tahun 1966 s/d 1967, adapun Pamong bawahanya tetap.
Maka setelah diadakan pemilihan Kepala Kampung/ Kepala Desa, susunan Pamong Desa tahun 1968 - 1975 Adalah sebagai berikut :
Kepala Desa / Lurah : Bapak Achmad Muhyadi
Carik Desa : Bapak Dulsamad
Kamitua Dukuh Polos : Bapak Amat Tabri
Kebayanan Dukuh Polos : Bapak Sugiyanto
Kamitua Dukuh A+B : Bapak Warsono
Kebayanan Dukuh A : Bapak Samidi
Kebayanan Dukuh B : Bapak Jamin
Polisi Desa : Bapak Kasrim
Roda Pemerintahan terus berputar, maka Kepala Kampung mengalami pergantian, tahun 1975 – 1980 Kepala Kampung Bapak Dulsamad. Tepatnya pada tanggal 7 mei 1980 telah diadakan pemilihan Kepala Kampung yang diikuti dua calon, ternyata Bapak Kasri S. Yang telah diberikan kepercayaan untuk memimpin desa sampai tahun 1989. Masa jabatan Bapak Kasri S. Habis pada tahun 1989, maka diadakan pencalonan/pemilihan Kepala Desa, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1989, yang diikuti dua calon lagi ternyata Bapak M. Suprihatin sebagai Kepala Desa Wonokarto, sampai tahun 1998. Sambil menunggu realisasi pemilihan Kepala Desa maka diadakan pejabat sementara Kepala Desa ( pjs ) ialah Bapak Sujiono pada tahun 1998 – 2000, adapun Pamong bawahanya tetap.
Roda Pemerintahan terus berputar, tepatnya pada tanggal 06 Maret 2000, masyaralat Desa Wonokarto mengadakan pesta demokrasi pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh 3 calon ternyata Bapak Sudarto diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk menjadi pemimpin selanjutnya di Desa Wonokarto Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Maka setelah diadakan pemilihan Kepala Desa, susunan Pamong Desa yang baru sebagai berikut :
Kepala Desa : Bapak Sudarto
Sekretaris Desa : Bapak Sujiono
Kaur Pemerintahan : Bapak S. Purwocarito
Kaur Pembangunan : Bapak Sucipto
Kaur Umum : Bapak Daliman
Kepala Dusun I : Bapak Suratman
Kepala Dusun II : Bapak Sudadi
Kepala Dusun III : Bapak Jarwanto
Kepala Dusun IV : Bapak Sarengat
Kepala Dusun V : Bapak Suyoto
P 3 NTR : Bapak Dimin Es.
Pembantu Babinsa : Bapak Parno
Ketua I LKMD : Bapak Suroyo, S.Pd
Sekretaris LKMD : Bapak Edi Junanto
Bendahara LKMD : Bapak Wagiman
Kepala Desa Bapak Sudarto habis masa jabatanya pada tahun 2007, maka tepatnya pada tanggal 15 Desember 2007, masyarakat Desa Wonokarto mengadakan pesta demokrasi pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh 2 calon, ternyata Bapak Sudarto diberikan kepercayaan untuk kedua kalinya oleh masyarakat untuk memimpin Desa Wonokarto. Maka setelah diadakan pemilihan Kepala Desa, susunan Pamong Desa yang baru antara lain sebagai berikut :
Kepala Desa : Bapak Sudarto
Sekretaris Desa : Bapak Sujiono
Kaur Pemerintahan : Bapak Jarwanto
Kaur Pembangunan : Bapak Sucipto
Kaur Umum : Bapak Arief Hartono
Kaur Keuangan : Bapak Suparman
Kasi Pertanian : Bapak Nyamin
Kepala Dusun I : Bapak Sudarsono
Kepala Dusun II : Bapak Bambang
Kepala Dusun III : Bapak Wagiman
Kepala Dusun IV : Bapak Sukisno
Kepala Dusun V : Bapak Suyoto
Ketua BPD : Bapak Tugino
Ketua LPMD : Bapak Suroyo, S.Pd
P 3NTR : Bapak A. Jananudin
Masa jabatan kedua Bapak Sudarto seharusnya berakhir tanggal 31 Desember 2013, namun Beliau mengundurkan diri terhitung sejak tanggal 26 Juli 2013. Untuk mengisi kekosongan Pemerintah Desa Wonokarto maka Saudara Sukatmin ditunjuk sebagai pejabat sementara Kepala Desa Wonokarto mulai 26 Juli 2013 sampai 31 Desember 2013. Sistim demokrasi semakin berkembang, roda pemerintah terus berputar, maka sebelum pejabatan sementara berakhir masa jabatannya diadakan pesta demokrasi pemilihan Kepala Desa pada tanggal 11 Desember 2013 yang diikuti oleh 4 calon. Ternyata Bapak Jarwanto mendapat kepercayaan oleh masyarakat untuk memimpin pemerintah Desa terhitung mulai tanggal 31 Desember 2013.
Adapun Jajaran Pemerintahan Desa Wonokarto sebagai berikut :
Kepala Desa : Bapak Jarwanto
Kaur Pemerintah sekaligus merangkap Sekretaris Desa : Bapak Bayu Krido Prasetyo
Kaur Pembangunan : Bapak H. Sucipto
Kaur Umum : Bapak Arif Hartono
Kaur Keuangan : Bapak Wagiman
Kasi Pertanian : Bapak Trino
Kasi Keamanan : Bapak Setiyono
Kepala Dusun I : Bapak Sudarsono
Kepala Dusun II : Bapak Paino
Kepala Dusun III : Bapak Eko Suyanto
Kepala Dusun IV : Bapak Sakino
Kepala Dusun V : Bapak Suradi
Ketua BPD : Bapak Kasri S.
Ketua LPMD : Bapak Suprapto
Karna telah disahkanya undang-undang Nomor 06 tahun 2014 tentang Desa, maka diadakan sedikit perubahan susunan Pemerintah Desa Wonokarto yang baru, adapun susunannya sebagai berikut :
Kepala Desa : Bapak Jarwanto
Sekretaris Desa : Bapak Bayu Krido Prasetyo
Kasi Pemerintahan : Bapak Amri Juwandi
Kasi Pembangunan : Bapak Arif Hartono
Kasi Kesejahtraan Rakyat : Bapak Setiyono
Kaur Keuangan : Bapak Wagiman
Kaur Perencanaan Program : Bapak Sutiman
Kaur Umum : Bapak Trino
Kepala Dusun I : Bapak Sudarsono
Kepala Dusun II : Bapak Paino
Kepala Dusun III : Bapak Eko Suyanto
Kepala Dusun IV : Bapak Anas Arizal
Kepala Dusun V : Bapak Suradi
Ketua BPD : Bapak Edi Juniarto
Ketua LPMD : Bapak Aji Wibowo
Demikian sejarah singkat Desa ini, semoga bisa menjadi acuan dan pemahaman masyarakat Wonokarto tentang sejarah dan silsilah perangkat desa yang pernah mengabdikan diri terhadap Desa Wonokarto yang kita cintai ini.